Dengan
nada khas anak-anak, Yori menyanyikan lagu ini di depan kelas, ini memang lagu
favoritnya. Meskipun liriknya jadi medley
soak begitu (karena gue nggak hafal), saban hari bocah tampan kelas 1 SD ini
enggak pernah absen menyanyikannya. Dimana aja, Kapan aja dia berada. Saking
sukanya sama lagu ini, gue rasa topan badai aja enggak sanggup menghentikannya
bernyanyi kalau dia lagi pengen manyanyikannya.
Yori
ini adalah bocah pintar yang lahir dari keluarga biasa aja. Maria ibunya Yori seorang
single parent yang bekerja sendiri
buat nafkahin keluarga. Ya, Guys.
Yori anak yatim. Ayahnya yang seorang ABK meninggal dalam usia muda karena
kanker. Dia ninggalin kelaurga sejak Yori masih dalam kandungan.
Tiap
hari Ibunya Yori selalu sibuk mengerjakan pesanaan kue-kue katering. Anggota
keluarganya memang enggak banyak, Cuma dia sendiri sama Yori, jantung hatinya yang
jadi penyemangat hidup.
Lokasi Kediaman Yori. Pukul
1.10 siang.
“Mamaaa,
Yori pulang ….” Eriak Yori dengan nada ceria.
“Eeeh,
anak Mama tumben jam segini udah pulang? Katanya mau main dulu di rumah Abie?”
Abie
ini anak wali kelasnya Yori, Ibu Lani, sekaligus teman sekelas Yori, hampir
tiap hari sehabis pulang sekolah, Yori selalu menghabiskan waktu di rumah Abie.
Maklum kalau langsung pulang Yori enggak punya teman, sementara Ibunya Yori selalu
sibuk mengerjakan pesanan kue-kue.
Jarak
rumah Yori ke sekolahnya memang cukup jauh. Itulah kenapa, Ibu Lani sangat
memahami keadaan keluarganya. Dia sendiri yang menawarkan diri untuk mengurusi Yori
jika Ibunya sibuk. How nice…
“Enggak
ah Ma Yori kan udah gede. Mulai sekarang mau bareng Mama aja, bantuin bikin
kue,” jawabnya polos.
Ibu
Maria tersenyum simpul mendengar buah hatinya itu. “Aiiih, anak Mama, kan,
masih kecil. Mau bantuin bikin kue atau ngabisin kuenya, hayoo??”
Terdengar
suara gelak tawa riang di rumah yang sederhana itu. Keduanya terlihat
bercengkrama dengan hangatnya. Meskipun kerjaan Ibu Yori masih numpuk, demi
pangeran kecilnya, dia selalu rela meluangkan waktu. Seperti sekarang ini.
Mereka tengah asik bersenda gurau sambil berbaring di lantai yang beralaskan
tikar rotan.
Lokasi Kediaman Yori. Pukul
5 sore.
Hujan
deras mengguyur sejak dua jam lalu. Meskipun cuaca lgi dingin, itu enggak
menyurutkan kehangatan mereka berdua. Mereka masih terlihat bercengkerama.
“Yori
kan jago nyanyi, nyanyiin Mama lagu dong, sayaang..”
“Mama
mau lagu apa..?”
“Idiiih
anak Mama gaya. Emang lagu apa aja yang kamu bisa selain Wingkel-wingkel itu ?”
“Twinkle,
ma bukan wingkel.”
Dan
suara gelak tawa pun terdengar lagi sampai akhirnya ponsel yang tergeletak di
samping Ibu Yori berdering. Ibu Yori mengangkatnya.
“Halo
ada apa bu?” sapa Ibu Maria. Ternyata yang menelpon adalah Ibu Lani, wali
kelasnya Yori.
“Halo,
Bu maaf, saya belum bisa….KRSSSK….KRSSSKK…” suara Ibu Lani terputus. Sinyal
enggak mendukung karena di luar masih hujan deras.
“Halo,
Bu?” Ibu Maria bangun, lalu dia melangkah menuju pintu keluar memastikan
percakapan enggak terputus. “Ya. Bu? Maaf suaranya putus-putus….”
“Iya
Bu. Berhubung masih hujan, KRSSSK…Keponakan saya belum bisa KRSSSK…” percakapan
masih belum jelas. Ibu Maria akhirnya, berjalan keluar. Masih hujan. Suasana di
luarpun tampak mulai gelap. Sepi. Enggak ada seorangpun yang lewat di depan
rumahnya.
“Maaf,
Bu. Saya belum bisa mendengar dengan jelas. Ibu Lani bilang apa tadi?” Tanya Ibu
Maria menegaskan.
“Tadi
saya bilang, Keponakan saya belum bisa mengantar Yori pulang, karena di sini
masih hujan deras….”
Ibu
Maria mengeryitkan dahi. Dia sama sekali enggak mengerti apa yang di maksudnya.
“Maksud Ibu apa? Belum bisa mengantarkan
Yori gimana?” jari kiri Ibu Maria menutupi kuping sebelah kiri untuk memastikan
suara di telepon terdengar jelas.
“Iya
Yori, kan masih ada di sini, Bu. Tuh masih main ular tangga sama anak saya.
Kalau hujan reda, Keponakan saya akan langsung mengantarnya pulang…..”
Ibu
Maria bergeridik. Meskipun dia tahu Ibu Lani di kenal sangat Humoris, dia sama
sekali enggak paham kenapa gurauanya harus seperti itu, kan enggak lucu…
“Ibu
ini bisa saja. Jangan bercanda, ah “Tangan Ibu Maria mengusap pundaknya yang
merinding sedari tadi.
“Kok
bercanda? Saya enggak ngerti deh, kenapa ibu enggak percaya. Tunggu sebentar, Yori
sayang, ini Mama, nak. Mau bicara sama kamu…” terdengar suara Ibu Lani memanggil
Yori. Bibir Ibu Maria gemetar.
“Halo,
Ma. Kalau Yori pulang, bikinin mie rebus ya. Barusan Yori udah mamam disini,
tapi laper lagi, hehehe…..”
Kuping
Ibu Maria serasa di hantam balok mendengar suara anaknya benar-benar nyata
terdengan dari Ponselnya!
Dia
menjatuhkan benda itu, jantungnya berdegub hebat. Tenggorokannya tercekat.
Kedua kakinya tiba-tiba terasa kaku. Dia sama sekali enggak bisa menggerakkan
tubuhnya.
Posisinya
membelakangi pintu masuk, dia enggak sanggup menengok ke dalam. Dia tahu, di
dalam masih ada Yori yang lain. Meskipun enggak berani melihatnya, dia masih
bisa merasakan kehadiranya. Sangat jelas.
“Twinkle, twinkle, little
star…. How I Wonder what you are…Up above the world so high… Like a diamond in
the sky…”
Terdengar
sosok di belakangnya menyanyikan lagu kesayangan anaknya. IBU Maria semakin
bergidik. Itu suara nyanyian Putranya!. Gaya dan suaranya persis mirip seperti
yang sering di senandungkan Yori. Ibu Maria manganga.
Suaranya,
suaranya sangat Yori. Dia masih berdiri kaku, membelakangi Yori “Yori”
Ibu
Maria enggak paham, kenapa ini bisa terjadi ? apa maksud dari semua ini? Kenapa ada sosok yang
menyerupai anaknya? Pertanda apa ini? Ya Allah …. Gumam batinya menghantam
jiwanya. Dia enggak sanggup membayangkan kalau sampai terjadi apa-apa sama buah
hatinya. Ibu Maria menangis………
“In
the dark blue sky so deep….Throuh my curtains often peep… For you never your eyes…
Till the morning sun does rises…..Twinkle, twinkle, liltle star… How I wonder
what you are…..”
Ibu
Maria masih mendengar sosok itu menyanyikan lagu kesukaan anaknya sampai bait
terakhir.
Kemudian
hening.......
Ibu
Maria enggak suara apa-apa lagi. Terlalu lama dia terpaku. Perlahan dia muali
berani membalikan badanya untuk melihat sosok itu.
HILANG..!!!
Sosok
itu menghilang Guys. Dia udah enggak
di tempatnya lagi. Ibu Maria menarik napas lega. Semua otot di sekujur tubuhnya
terasa mengendur. Lututnya terasa lemas. Dia pun menjatuhkan diri di situ.
Napasnya masih menderu.
Setengah
jam kemudian, masih dalam kondisi posisi duduk tatapan matanya kosong tiba-tiba
dikejutkan bunyi ponsel. Yori! Ya Tuhan, dia baru ingat kalau dia harus
memastikan keadaan Yori baik-baik saja. Diapun bangkit dari situ sambil
mengangkat ponsel.
“Halo
Ibu Lani ! mana anak saya Bu?! Biar saya saja yang jemput. Saya akan segera
kesana!” serang Ibu Maria panik.
“saya
yang akan menjemput Ibu. Kita harus segera ke rumah sakit…..”
“Rumah
sakit? Ada apa bu? Siapa yang sakit?” jantung Ibu Maria berdegup hebat.
Terbayang di benaknyaakan pertanda itu. Tangan kirinya menutup mulutnya yang
menganga.
“Saya
minta maaf. Bu. Yori …. Kecelakaan sewaktu ….di antar pake motor sama Keponakan
saya….” Ibu Lani terisak. Suaranya terbata.
“APPPAAA?!
Astagfirullah! Gimana keadaan anak saya, Buu…?!” suara Ibu Maria meraung
histeris. Bibirnya gemetar. Tangisnya nyaris meledak. Ibu maria menahan napas.
“Ibu
yang tabah ya, ini cobaan dari Allah … Yori,
Yori baru saja di panggil Yang Maha Kuasa, Buuu….”
Di
bawah lolongan petir yang menyambar, diantara angin yang mematahkan
ranting-ranting pohon, dan di iringi tangisan langit yang mengguyur, tubuh Ibu
Maria melayang di udara, lalu tersungkur menghantam bumi.
Sekian
Wasssaalam
.
Ini
bukan cerita Gue sendiri
tapi
cerita ini Gue kutip dari buku WOW KONYOL (Rons “Onyol” Imawan).
- Sihlakan Berikan Komentar masukan, saran maupun kritik.
- Berkomentarlah dengan sopan.
- Jangan membalas yang tidak sesuai tema.
- Tidak menyertakan link aktif. thanks ^_^ !!! . (Klik "balas" untuk membalas komentar)
EmoticonEmoticon